Sejarah Anestesi

        Kemajuan kemampuan pembedahan tidak terbayangkan pada zaman sebelum pertengahan abad ke 19.
Karena cara-cara menghilangkan rasa sakit yang efisien belum ditemukan. Pembedahan kebanyakan dilakukan untuk kelainan yang kecil saja, dan atau bersifat darurat. Ambang rasa sakit diturunkan antara lain dengan ramuan-ramuan dari dedaunan, candu, alkohol, yang tentunya tidak efektif. Karena tidak efektif, kadang-kadang kepala dipukul atau dicekik lehernya hingga pingsan. Seperti gambar di bawah ini:
        Pasien juga harus dipegang erat-erat oleh beberapa orang agar pasien tidak melompat dari meja operasi karena kesakitan.
        Tapi, semua itu berubah total setelah seorang dokter gigi yang bernama William Thomas Greene Morton pada tahun 1846, mendemonstrasikan dietil eter (suatu ikatan kimia) dengan cara dihirup dapat menghilangkan rasa nyeri secara sempurna sehingga operasi dapat dilakukan dengan baik tanpa tergesa-gesa.
Penemuan ini merupakan titik balik sejarah ilmu bedah karena telah membuka cakrawala kemungkinan pembedahan yang lebih luas, mudah, dan manusiawi. Tepat sekali bila penemuan ini dianggap sebagai "The Most Humane Discovery in History of Mankind."
        Keadaan tanpa rasa sakit yang ditimbulkan oleh eter kemudian diberi nama anestesia (dari bahasa Yunani, a = tanpa, aesthesis = rasa/sensasi). Sejak ini, ilmu bedah maju pesat, sedangkan bidang anestesi berjalan tersendat karena pemberian anestesi dianggap sebagai tindakan teknis belaka dan tidak memiliki daya tarik bagi para praktisi kesehatan.
        Menjelang tahun 1940, bidang anestesi maju pesat karena banyak dokter mulai aktif mempelajari dasar-dasar ilmunya dan kemudian berhasil mengembangkan menjadi ilmu kedokteran dengan nama Anestesiologi.